GEJALA
DIASTROPISME DAN VULKANISME
Vulkanisme
Semua gejala di
dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme. Gerakan
magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga
magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya.
Lalu apa yang
disebut magma? Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang
terdapat di dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang
terlarut di dalamnya. Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang
amat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika
terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan
menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma.
Magma bisa
bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika gerakan
magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yang
bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma
inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan.
Hal ini berarti
intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya sebagian kecil
intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu diingat
bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga
membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau
disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk (perhatikan gambar
penampang gunung api), yaitu:
Batolit adalah
batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu
yang sangat lambat.
Lakolit adalah
magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di
atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan
atasnya tetap rata.
Keping intrusi
atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan.
Intrusi korok
atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer
dengan bentuk pipih atau lempeng.
Apolisa adalah
semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
Diatrema adalah
batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur magma
sampai ke permukaan bumi.
Tentunya Anda
masih ingat bahwa jika aktivitas magma mencapai ke permukaan bumi, maka gerakan
ini dinamakan ekstrusi magma. Jadi ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma
ke permukaan bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung
api. Ekstrusi
magma tidak
hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu
gunung
berapi bisa
terjadi di dasar lautan.
Secara umum
ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1. Ekstrusi linier,
terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang
sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia,
dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2. Ekstrusi areal,
terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar
meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone
National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km persegi.
3. Ekstrusi
sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan
membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung
Vesucius, dan lain-lain.
Berdasarkan
sifat erupsi dan bahan yang dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi sentral,
yaitu:
1. Gunung api
perisai. Gunung api ini terjadi karena magma yang keluar sangat encer. Magma
yang encer ini akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk lereng sangat
landai. Ini berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi melebar.
Contohnya: Gunung Maona Loa dan Maona Kea di Kepulauan Hawaii.
2. Gunung api maar.
Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan yang dikeluarkan
relatif sedikit, karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit. Gunung api
ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari timbunan bahan padat (efflata). Di
bekas kawahnya seperti sebuah cekungan yang kadang-kadang terisi air dan tidak
mustahil menjadi sebuah danau. Misalnya Danau Klakah di Lamongan atau Danau
Eifel di Prancis.
3. Gunung api
strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif dan
efusif yang bergantian secara terus menerus. Hal ini menyebabkan lerengnya
berlapis-lapis dan terdiri dari bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yang
paling banyak ditemukan di dunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi,
Semeru, Merbabu, Kelud, dan lain-lain.
3. TIPE-TIPE GUNUNG MENURUT BENTUKNYA
Gunung api dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud
cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat dia meletus.
Tipe-tipe gunung
api berdasarkan bentuknya (morfologi):
Stratovolcano,
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga
dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan,
sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), terkadang bentuknya tidak
beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi
merupakan jenis ini.
Perisai,
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga
tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan
berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik.
Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
Cinder Cone,
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di
sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di
puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
Kaldera, Gunung
berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung
atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
Tipe A : Gunung berapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
Tipe B : Gunung
berapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun
masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan
Tipe C : Gunung
berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih
terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola
pada tingkah lemah.
Perbedaan Lava dan Lahar:
Lava : cairan pijar yang mengalir keluar dari dalam melalui kawah gunung berapi atau melalui celah (patahan) yang kemudian
membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam.
Lahar : aliran
material vulkanik yang biasanya berupa campuran, pasir dan
kerikil akibat adanya aliran air yang terjadi di lereng gunung (gunung berapi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar