Masa Pra-Aksara Di Indonesia
Ilmu geologi (berdasarkan lapisan bumi) membagi umur bumi
menjadi beberapa tahapan, yaitu Arkaekum, paleozoikum, mesozoikum dan neozoikum.
Ilmu arkeologi (berdasarkan peninggalan budaya) membagi
zaman pra-aksara menjadi bebrapa tahapan :
zaman batu terdiri dari : paleolithikum (zaman batu tua), mesolithikum (zaman batu madya), neolithikum (zaman batu muda), dan megalithikum (zaman batu besar) dan zaman logam terdiri dari : zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi.
zaman batu terdiri dari : paleolithikum (zaman batu tua), mesolithikum (zaman batu madya), neolithikum (zaman batu muda), dan megalithikum (zaman batu besar) dan zaman logam terdiri dari : zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi.
Berdasarkan ilmu geologi, pembagian umur bumi termuda
disebut dengan zaman neozoikum/kenozoikum. Zaman neozoikum dibagi menjadi dua,
yaitu zaman tertier dan kwartier. Zaman kuartier dibagi menjadi dua (disebut
‘kala’) yaitu kala pleistosen dan kala holosen. Kala pleistosen dibagi menjadi
pleistosen awal/bawah, tengah, dan akhir/atas dimana pada zaman ini berlangsung
zaman es (glasial) dan zaman kering (inter glasial). Dan zaman holosen yang berlangsung
hingga kini.
Pada lapisan bumi zaman tertier, belum ditemukan bukti
adanya manusia meski sudah ada fosil-fosil primata seperti monyet atau kera.
Baru pada lapisan bumi zaman kwartier sudah ditemukan fosil nenek moyang/makhluk
pendahulu manusia.
Pada lapisan bumi masa pleistosen awal ditemukan fosil
pithecanthropus modjokertensis dan fosil megantropus paleojavanicus. Makhluk
tersebut dikatakan pendahulu nenek moyang manusia sebab belum ditemukan adanya
bukti budaya ataupun alat kehidupan yang menunjukan bahwa mereka sudah memiliki
akal, selain karena ciri kera yang masih terlihat termasuk volume otak yang
tergolong kecil (650 cc-900cc, manusia modern 1.500 cc).
Pada lapisan pleistosen tengah ditemukan fosil
pithecanthropus erectus dan soloensis, disekitar fosil tersebut telah ditemukan
alat dari batu yang masih kasar/belum diasah, sehingga dalam ilmu arkeologi
dikategorikan sebagai zaman Paleolithikum (zaman batu tua). Corak kehidupannya
adalah berpindah-pindah dengan berburu dan meramu.
Pada masa pleistosen akhir, pithecanthropus hidup lanjut
semenjak masa pleistosen tengah. Peralatan hidup juga belum menunjukan
perubahan berarti yang artinya corak kehidupannya belum mengalami perubahan
sejak dari zaman pleistosen tengah. Pithecanthropus Erectus diduga punah sekitar 100.000 tahun yang lalu. Penyebab kepunahan itu dapat diakibatkan oleh hujan meteor atau karena letusan gunung api, namun sementara ahli meyakini penyebab kepunahan homo erectus ini lebih disebabkan karena perubahan cuaca yang sangat ekstrim yang mengakibatkan kekeringan parah pada lingkungan hidupnya.
Pada masa pasca pleistosen (40,000 th yang lalu) dan holosen
(25.000 tahun yang lalu) telah mengalami perubahan yang cukup besar. Fosil yang
ditemukan lebih mirip manusia sekarang sehingga disebut dengan Homo sapiens : HOMO (artinya :
manusia) Sapiens (cerdas). Fosil yang ditemukan kemudian diberi nama homo
sapiens wajakensis. Peralatan hidupnya meski masih terbuat dari batu namun sudah
mengalami perkembangan dengan mulai diasah/diupam. Selain itu juga sudah
meiliki sistem kepercayaan dan seni/lukis. Pada masa ini dalam ilmu arkeologi
disebut dengan zaman Mesolithikum. Corak kehidupannya belum banyak berubah yang
bisa disebut masa berburu dan meramu tingkat lanjut.
Pada masa selanjutnya (zaman Holosen yang berlangsung hingga
kini), ditemukan fosil homo sapiens dengan tingkat kebudayaan yang lebih tinggi
yang diduga merupakan ras vedda atau austromelanesoid dan mongoloid. Corak kehidupannya sudah menetap dan
bercocok tanam. Manusia dari ras ini terus berlanjut hingga masa megalithikum
dan zaman logam yang merupakan puncak kebudayaan megalithikum (zaman batu
besar). Kehidupannya jauh lebih kompleks, menetap dan mengenal sistem pembagian
kerja yang ditandai dengan munculnya orang-orang ahli dibidang tertentu (orang
undagi) sehingga disebut masa Perundagian.
Sejak zaman perundagian hingga megalithikum, masyarakat
indonesia telah beralih dari zaman pra-aksara menjadi zaman aksara.
Pada saat ini meski belum semua ahli sepakat, namun beberapa ahli telah mengubah sebutan Pithecanthropus Erectus menjadi homo erectus (lihat deskripsi yang ditayangkan dalam situs purbakala Sangiran, Jawa Tengah). Klasifikasi tentang Hominid (Famili Manusia) sebagai bagian dari klasifikasi hewan juga dapat dilihat dalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid 1 halaman 10 (edisi -4, cetakan 1990, karangan Nugroho Notosusanto dkk).
Pada saat ini meski belum semua ahli sepakat, namun beberapa ahli telah mengubah sebutan Pithecanthropus Erectus menjadi homo erectus (lihat deskripsi yang ditayangkan dalam situs purbakala Sangiran, Jawa Tengah). Klasifikasi tentang Hominid (Famili Manusia) sebagai bagian dari klasifikasi hewan juga dapat dilihat dalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid 1 halaman 10 (edisi -4, cetakan 1990, karangan Nugroho Notosusanto dkk).
Sumber : Notosusanto, Nugroho.dkk.1990.Sejarah Nasional Indonesia Jilid I.Jakarta :Balai Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar