Translate

Selasa, 08 September 2015

Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia

Masa Pra-Aksara Di Indonesia
 

Ilmu geologi (berdasarkan lapisan bumi) membagi umur bumi menjadi beberapa tahapan, yaitu Arkaekum, paleozoikum, mesozoikum dan neozoikum.

Ilmu arkeologi (berdasarkan peninggalan budaya) membagi zaman pra-aksara menjadi bebrapa tahapan :
zaman batu terdiri dari : paleolithikum (zaman batu tua), mesolithikum (zaman batu madya), neolithikum (zaman batu muda), dan megalithikum (zaman batu besar) dan zaman logam terdiri dari : zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi.

Berdasarkan ilmu geologi, pembagian umur bumi termuda disebut dengan zaman neozoikum/kenozoikum. Zaman neozoikum dibagi menjadi dua, yaitu zaman tertier dan kwartier. Zaman kuartier dibagi menjadi dua (disebut ‘kala’) yaitu kala pleistosen dan kala holosen. Kala pleistosen dibagi menjadi pleistosen awal/bawah, tengah, dan akhir/atas dimana pada zaman ini berlangsung zaman es (glasial) dan zaman kering (inter glasial). Dan zaman holosen yang berlangsung hingga kini.

Pada lapisan bumi zaman tertier, belum ditemukan bukti adanya manusia meski sudah ada fosil-fosil primata seperti monyet atau kera. Baru pada lapisan bumi zaman kwartier sudah ditemukan fosil nenek moyang/makhluk pendahulu manusia.

Pada lapisan bumi masa pleistosen awal ditemukan fosil pithecanthropus modjokertensis dan fosil megantropus paleojavanicus. Makhluk tersebut dikatakan pendahulu nenek moyang manusia sebab belum ditemukan adanya bukti budaya ataupun alat kehidupan yang menunjukan bahwa mereka sudah memiliki akal, selain karena ciri kera yang masih terlihat termasuk volume otak yang tergolong kecil (650 cc-900cc, manusia modern 1.500 cc).

Pada lapisan pleistosen tengah ditemukan fosil pithecanthropus erectus dan soloensis, disekitar fosil tersebut telah ditemukan alat dari batu yang masih kasar/belum diasah, sehingga dalam ilmu arkeologi dikategorikan sebagai zaman Paleolithikum (zaman batu tua). Corak kehidupannya adalah berpindah-pindah dengan berburu dan meramu.

Pada masa pleistosen akhir, pithecanthropus hidup lanjut semenjak masa pleistosen tengah. Peralatan hidup juga belum menunjukan perubahan berarti yang artinya corak kehidupannya belum mengalami perubahan sejak dari zaman pleistosen tengah. Pithecanthropus Erectus diduga punah sekitar 100.000 tahun yang lalu. Penyebab kepunahan itu dapat diakibatkan oleh hujan meteor atau karena letusan gunung api, namun sementara ahli meyakini penyebab kepunahan homo erectus ini lebih disebabkan karena perubahan cuaca yang sangat ekstrim yang mengakibatkan kekeringan parah pada lingkungan hidupnya.

Pada masa pasca pleistosen (40,000 th yang lalu) dan holosen (25.000 tahun yang lalu) telah mengalami perubahan yang cukup besar. Fosil yang ditemukan lebih mirip manusia sekarang sehingga disebut dengan Homo sapiens : HOMO (artinya : manusia) Sapiens (cerdas). Fosil yang ditemukan kemudian diberi nama homo sapiens wajakensis. Peralatan hidupnya meski masih terbuat dari batu namun sudah mengalami perkembangan dengan mulai diasah/diupam. Selain itu juga sudah meiliki sistem kepercayaan dan seni/lukis. Pada masa ini dalam ilmu arkeologi disebut dengan zaman Mesolithikum. Corak kehidupannya belum banyak berubah yang bisa disebut masa berburu dan meramu tingkat lanjut.

Pada masa selanjutnya (zaman Holosen yang berlangsung hingga kini), ditemukan fosil homo sapiens dengan tingkat kebudayaan yang lebih tinggi yang diduga merupakan ras vedda atau austromelanesoid dan mongoloid. Corak kehidupannya sudah menetap dan bercocok tanam. Manusia dari ras ini terus berlanjut hingga masa megalithikum dan zaman logam yang merupakan puncak kebudayaan megalithikum (zaman batu besar). Kehidupannya jauh lebih kompleks, menetap dan mengenal sistem pembagian kerja yang ditandai dengan munculnya orang-orang ahli dibidang tertentu (orang undagi) sehingga disebut masa Perundagian.

Sejak zaman perundagian hingga megalithikum, masyarakat indonesia telah beralih dari zaman pra-aksara menjadi zaman aksara.

Pada saat ini meski belum semua ahli sepakat, namun beberapa ahli telah mengubah sebutan Pithecanthropus Erectus menjadi homo erectus (lihat deskripsi yang ditayangkan dalam situs purbakala Sangiran, Jawa Tengah). Klasifikasi tentang Hominid (Famili Manusia) sebagai bagian dari klasifikasi hewan juga dapat dilihat dalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid 1 halaman 10 (edisi -4, cetakan 1990, karangan Nugroho Notosusanto dkk).


Sumber : Notosusanto, Nugroho.dkk.1990.Sejarah Nasional Indonesia Jilid I.Jakarta :Balai Pustaka
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar