Translate

Kamis, 17 September 2015

KONFLIK INDONESIA - BELANDA



A Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konflik Antara Indonesia dengan Belanda

LATAR BELAKANG

Setelah dua kota (Hiroshima dan Nagasaki) yang menjadi pusat persenjataan Jepang dimusnahkan oleh bom atom Amerika pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Jepang mulai menyadari kekalahannya dalam Perang Dunia II yang sebenarnya sudah mulai dirasakan sejak awal tahun 1944 terutama setelah gagalnya serangan Jepang di Laut Karang yang menandai periode titik balik PD II. 

Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II tersebut membawa dampak yang sangat besar bagi keberadaan Indonesia yang sedang mulai dibentuk. Sebabnya setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu (15 Agustus 1945), Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Secara hukum wilayah Indonesia sudah bukan lagi dalam kekuasaan Jepang, namun belum juga menjadi kekuasaan siapapun, termasuk sekutu, sebab pasukan sekutu yang seharusnya menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang belum datang ke Indonesia.

Penyerahan kekuasaan wilayah Indonesia dari tangan Jepang akan dilaksanakan oleh tentara sekutu : AFNEI. Kedatangan AFNEI semula disambut baik oleh rakyat Indonesia karena disangka akan menyerahkan kekuasaan Indonesia kepada rakyat Indonesia sendiri yang telah memproklamasikan kemerdekaannya sejak tanggal 17 Agustus 1945,  ternyata salah. 

Ikut serta pegawai sipil Belanda (NICA) dalam Tentara Sekutu (AFNEI) menimbullkan kecurigaan bagi rakyat Indonesia. Kecurigaan tersebut menjadi nyata hingga menimbulkan konflik terbuka antara NICA dengan bangsa INdonesia. Dengan dmikian juga merupakan konflik antara INdoensia dengan BElanda.

1. Kedatangan Tentara Sekutu Diboncengi oleh NICA

·         Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan kepada Sekutu dan tidak kepada pihak Indonesia.
·         Pada tanggal 14 September 1945 Mayor Greenhalgh datang di Jakarta. la merupakan perwira Sekutu yang pertama kali datang ke Indonesia. Tugas Greenhalgh adalah mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.
·         Pada tanggal 29 September 1945 pasukan Sekutu mendarat di Indonesia antara lain bertugas melucuti tentara Jepang. Tugas ini dilaksanakan Komando Pertahanan Sekutu di Asia Tenggara yang bernama South East Asia Command (SEAC) di bawah pimpinan Lord Louis Mountbatten yang berpusat di Singapura. Untuk melaksanakan tugas itu, Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang diberi nama Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Jenderal Sir Philip Christison.

Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah :
1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang;
2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;
3. melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan;
4. menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintah sipil; dan
5. menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang.

Pasukan AFNEI mulai mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945 yang terdiri dari tiga divisi yaitu :           
1. Divisi India ke-23, di bawah pimpinan Mayor Jendral D.C. Hawthorn yang bertugas untuk daerah Jawa Barat;    
2. Divisi India ke-5, di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. Marsergh yang bertugas untuk daerah Jawa Timur;    
3. Divisi India ke-26, di bawah pimpinan Mayor Jenderal H.M. Chambers yang bertugas untuk daerah Sumatra.
· Pasukan-pasukan AFNEI hanya bertugas di Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk daerah Indonesia lainnya diserahkan tugasnya kepada angkatan perang Australia.
· Pada mulanya kedatangan Sekutu disambut dengan senang hati oleh bangsa Indonesia. Hal ini karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Sekutu secara diam-diam membawa orang-orang Netherland Indies Civil Administration (NICA), yakni pegawai-pegawai sipil Belanda maka bangsa Indonesia curiga dan akhirnya menimbulkan permusuhan.

2. Kedatangan Belanda (NICA) Berupaya untuk Menegakkan Kembali Kekuasaannya di Indonesia

· NICA berusaha mempersenjatai kembali KNIL (Koninklijk Nerderlands Indisch Leger, yaitu Tentara Kerajaan Belanda yang ditempatkan di Indonesia).
· Sebagai pimpinan AFNEI, Christison menyadari bahwa untuk kelancaran tugasnya diperlukan bantuan dari Pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu diadakanlah perundingan dengan pemerintah RI. Christison mengakui pemerintahan de facto Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. la tidak akan mencampuri persoalan yang menyangkut status kenegaraaan Indonesia.
· Dalam kenyataannya pasukan Sekutu sering membuat hura-hara dan tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Gerombolan NICA sering melakukan teror terhadap pemimpin-pemimpin kita. Dengan demikian bangsa Indonesia mengetahui bahwa kedatangan Belanda yang membonceng AFNEI adalah untuk menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia.
 Oleh karena itu bangsa kita berjuang dengan cara-cara diplomasi maupun kekuatan senjata untuk melawan Belanda yang akan menjajah kembali. Konflik antara Indonesia dengan Belanda ini akhirnya melibatkan peran dunia intemasional untuk menyelesaikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar