Dampak Perang Dunia II Terhadap
Kebebasan Wanita Di Filipina
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
peperangan tidak bisa dilepaskan dari sejarah kehidupan manusia. Peperangan
sudah ada sejak manusia hidup dalam kelompok-kelompok sosial. Sosiologi melihat
peperangan sebagai masalah sosial yang paling sulit dipecahkan (Soerjono
Soekanto).
Perang
merupakan turunan sifat dasar manusia yang tetap sampai sekarang memelihara
dominasi dan persaingan sebagai sarana memperkuat eksistensi diri dengan cara
menundukan kehendak pihak yang dimusuhi. Dengan mulai secara psikologis dan
fisik. Dengan melibatkan diri sendiri dan orang lain baik secara kelompok atau
bukan. (Wikipedia bahasa Indonesia).
Perang
Dunia II menggambarkan kekuatan serta peran Negara Asia seperti Jepang. Walau
demikian pada peristiwa tersebut Jepang akhirnya mengalami kekalahan, hal
inilah yang kemudian menjadi faktor pendorong lahirnya nasionalisme Negara-negara
di Asia Tenggara seperti Filipina (4 Juli 1946). (Soebantardjo:1953:203).
Filipina
bisa dikatakan sebagai Negara yang paling cepat mencapai progresif dalam
perkembangannya di Asia. Adapun langkah yang dilakukan oleh Negara bekas
jajahan Spanyol ini dalam mengatasi masalah negaranya dan Asia ialah dengan
melakukan berbagai cara seperti mengadopsi perpaduan tiga sistem yang berasal
dari Asia, Eropa dan Amerika. Dengan pola diatas maka Filipina dapat mencapai
kemajuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya. (Romulo,Carlos P ;243).
Demikian
pula dengan adanya Perang Dunia II yang ikut berperan dalam kemajuan Negara
Joze Rizal ini. Apabila bicara kemajuan maka pada dasarnya Negara Filipina
tidak pernah lepas dari peran wanita contohnya saja Ny. Corazon Aquino yang
resmi dilantik menjadi presiden Filipina pada 25 Februari 1986. (Mangandaralam,
Syahbuudin:1987:46). Dengan demikian maka Wanita Filipina merupakan bagian yang
tidak boleh dilepaskan dari sejarah Filipina dan tentunya keberadaan peran wanita
ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan Negara tersebut. Adanya fenomena
perkembangan Wanita Filipina sesudah Perang Dunia II merupakan salah satu
keadaan yang harus dibahas lebih lanjut. Apalagi perkembangan Wanita Filipina
saat itu sudah merambah kedunia kerja, bahkan dunia malam sekaligus.
Penulis
memilih judul, “Dampak Perang Dunia II Terhadap Kebebasan Wanita Di
Filipina”,
karena penulis melihat bahwa peperangan merupakan masalah sosial yang mempunyai
dampak paling luas dalam kehidupan sosial masyarakat, bahkan menimbulkan berbagai masalah sosial
yang lain dan sebagai syarat mengikuti mata kuliah Sosiologi.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa yang disebut sebagai masalah sosial ?
- Apa arti peperangan dalam istilah sosiologi?
- Bagaimana peran wanita di Filipina setelah Perang Dunia II?
- Bagaimana perkembangan kebebasan wanita di Filipina ?
1.3 Tujuan
- Mengetahui pengertian masalah sosial
- Mengetahui pengertian peperangan
- Mengetahui peranan wanita Filipina.
- Mengetahui perkembangan kebebasan di Filipina terhadap kaum wanita
BAB II
PEMBAHASAN
PEPERANGAN SEBAGAI
SUATU MASALAH SOSIAL
2.1 Pengertian
Masalah Sosial
Masalah social merupakan suatu ketidak sesuaian
antara unsure-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok social, atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga
kelompok social tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan social.
Masalah soaial merupakan akibat interaksi social
antara individu, antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok.
Interaksi social berkisar pada ukuran nilai adat-istiadat, tradisi dan
ideology, yang ditandai dengan suatu proses social yang disosiatif.
2.2 Pengertian
Peperangan
Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (
dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan )
antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang
dipertentangkan.
Jenis-jenis perang :
-
Perang umum adalah
perang yang mengejar tujuan luas dengan menggunakan seluruh kemampuan Negara
dan dilakukan diseluruh dunia.
-
Perang terbatas adalah
perang yang terjadi antara dua bangsasaja atau perang yang tidak melibatkan
banyak bangsa secara luas dilihat dari sudut tujuan, penggunaan kekuatan, dan
lingkup wilayah.( Wikipedia Bahasa Indonesia).
Dalam istilah sosiologi peperangan merupakan suatu
bentuk pertentangan dan juga suatu lembaga kemasyarakatan. Peperangan merupakan
bentuk pertentangan yang setiap kali diakhiri dengan suatu akomodasi.(Soerjono
Soekanto).
2.3 Peperangan
Sebagai Masalah Sosial
Peperangan bisa dilatar belakangi oleh berbagai
kepentingan, baik ekonomi, politik, ideologi, maupun kebudayaan.
Perang antara pasukan belanda dengan raja-raja di
ilayah nusantara kala itu bisa dilandasi karena kepentingan politik/kekuasaan
dimana pihak belanda berusaha menguasai wilayah Indonesia. Selain itu juga bisa
berlandaskan kepentingan ekonomi oleh VOC yang berusaha menguasai jalur
perdagangan rempah-rempah. Perang salib dilandasi oleh kepentingan ideologi.
Contoh
lain adalah perang dunia II yang juga disebabkan oleh adanya perlombaan
persenjataan antarnegara di dunia. Selain itu faktor ekonomi dan politik
(politik aliansi yang ketika itu terdapat tiga blok besar pada saat itu seperti
Blok Perancis (Blok demokrasi), Blok Jerman (Blok fasis) dan Blok Rusia (Blok
Komunis). (Soebantardjo:1953:200). Selain dari alasan diatas maka Perang Dunia
ini juga dilatarbelakangi oleh sebab khusus dominasi berkelanjutan Negara
Jerman (penyerangan Polandia pada tanggal 1 September 1939). Dari adanya alasan
tersebut maka berkobarlah Perang Dunia II.
Pada
Perang Dunia II Jepang merupakan Negara Asia yang menunjukan Eksistensinya. Hal
ini dibuktikan dengan penyerangannya ke Pearl Harbour (7 Desember 1914). Dengan
demikian maka Malaya, Singapura, Indonesia dan Filipina jatuh ke tangan Jepang.
Ketika itu Jepang juga mengancam posisi Australia (1942). Selain itu daerah
Asia Tenggara seperti Tiongkok, Indo-China juga diduduki oleh Jepang bahkan
Negara penyangga seperti Thailand juga ikut mengadakan perjanjian dengan
Jepang. (Soebantardjo:1953:203).
Masalah peperangan berbada dengan masalah sosial
lainya karena menyangkut beberapa masyarakat sekaligus sehingga memerlukan
kerja sama internasional yang hingga kini belum berkembang dengan baik.
Perkembangan teknologi yang pesat semakin memodernisasikan cara-cara berperang
dan menyebabkan pula kerusakan-kerusakan yang lebih hebat ketimbang masa-masa
yang lampau. Di atas disebutkan bahwa masalah peperangan merupakan suatu bentuk
pertentangan yang setiap kali diakhiri dengan akomodasi. Keadaan dewasa ini
yang disebut perang dingin merupakan suatu bentuk akomodasi. Akomodasi mungkin
menghasilkan kerjasama seperti yang tertuang dalam bentuk organisasi-organisasi
internasional umpamanya Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dilain pihak, akomodasi
juga menyebabkan kerjasama antara satu golongan agar sanggup mempertahankan
diri terhadap golongan lain yang dianggap lawan. Maka timbulah apa yang disebut
blok barat, blok timur, dan sebagainya. Masing-masing dalam rangka perang
dingin membentuk organisasi-organisasi pertahanan seperti NATO, SEATO, Pakta
Warsawa dan selanjutnya.(Soerjono Soekanto).
Dampak Perang
Dunia II Terhadap Kehidupan Wanita Di Filipina
Adanya
perang dunia tentunya akan melahirkan dampak yang amat besar bagi seluruh aspek
kehidupan yang ada. Adapun dampak tersebut tentunya akan dirasakan oleh negara
lain diseluruh dunia walaupun negara tersebut tidak terlibat dalam peperangan.
Salah satu contoh dari dampak perang dunia khususnya Perang Dunia II
(1939-1945) akan terlihat pada aspek lapangan sosial.
(Soebantardjo:1953:169). Dengan demikian maka salah satu
dampak pada kehidupan sosial saat itu adalah lahirnya emansipasi wanita.
(Soebantardjo:1953:169).
Salah
satu bentuk wujud dari bermunculannya wanita dalam panggung kehidupan dunia
terlihat pada fenomena lahirnya kebebasan Wanita Filipina setelah Perang Dunia
II. . (Mangandaralam, Syahbudin:1987:54). Hal ini merupakan suatu fenomena yang
menarik saat itu mengingat bahwa Filipina adalah Negara Asia yang paling maju
setelah Perang Dunia II. (Wikipedia). Hal tersebut karena sesudah perang dunia
kedua negara Filipina sudah mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi
daripada kebanyakan negara ASEAN lainnya.(Sadli:2006). Dengan demikian adanya
perbaikan ekonomi dan kehidupan sosial di Filipina pasca perang ini akhirnya ikut
mendorong kebanyakan Wanita Filipina untuk memanfaatkan kesempatan yang ada
dalam menata kehidupannya.
Adanya
anggapan untuk menjadikan kehidupan lebih baik setelah terhentinya perang yang
menghancurkan dunia merupakan langkah awal Wanita Filipina untuk mengangkat
harkat dan martabatnya. Keadaan ini dapat disebut sebagai masa kebangkitan
Wanita Filipina untuk menjadi sejajar atau bisa lebih naik derajatnya
dibandingkan laki-laki pada umumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa perang
telah membawa perubahan yang amat drastis terhadap pola hidup sosial masyarakat
Filipina khususnya pada wanita.
2.4 Kemajuan Peran Wanita
Di Filipina
Contoh
konkret pada kemajuan Wanita Filipina bisa kita lihat pada dua tokoh wanita
yang tentunya sudah sangat dikenal oleh rakyat Filipina seperti sosok Imelda
Marcos (seorang ibu Negara atau mantan isteri presiden Ferdinad Marcos) yang
berani untuk terjun dalam masalah sosial di Negaranya.
(Seargave,Sterling:1996:235). Kita bisa lihat strategi politik yang dimiliki
oleh Imelda yang mulai diwujudkan nya dalam bentuk kegiatan sosial seperti
pembangunan pusat kebudayaan, kegiatan sponsor penghijauan, kebersihan jalan
Filipina dan penyelenggaraan kontes Miss Universe serta, pertandingan tinju
profesional yang saat itu menemukan Joe Frazier dan Mohammad Ali.
(Seargave,Sterling:1996:235). Semua tindakan yang telah dilakukan oleh Imelda
merupakan salah satu contoh dari adanya emansipasi Wanita Filipina. Keadaan ini
menunjukan bahwa Wanita Filipina sudah mulai berani melakukan trobosan baru yang
sebelumnya belum pernah ada.
Tokoh
selanjutnya setelah Imelda adalah tokoh yang membuat kita akan merasa biasa
saja apabila sudah mendengar nama Ny. Corazon Aquino. Hal ini karena tokoh
Wanita Filipina yang satu ini merupakan wakil dari seluruh Wanita Filipina lain
nya. Ny. Corazon Aquino dapat dikatakan sebagai lambang kekuatan Wanita
Filipina. Perannya sebagai seorang Wanita Filipina yang berhasil dilantik
sebagai Presiden Filipina pada 25 Februari 1986 merupakan contoh nyata yang
menggambarkan bahwa Wanita Filipina sudah memiliki kemajuan dalam dunia politik
dan pemerintahan. Dengan demikian Perang Dunia II dapat dikatakan telah memberi
peran yang tanpa disadari mampu mengangkat Wanita Filipina.
2.5 Terciptanya Kehidupan Malam Di Filipina
Masa
keemasan Wanita Filipina adalah masa yang mampu mengangkat nama Wanita
Filipina. Seharusnya keadaan seperti itu patutlah untuk disyukuri, namun tidak
demikian pada kenyataannya di Filipina. Hal ini karena masa keemasan yang
diperuntukan tidak dijalankan sesuai fungsi dan tempatnya.
Adanya perkembangan dan kemajuan
dunia tentunya akan melahirkan berbagai perubahan. Hal inilah yang terjadi
didalam dunia kerja. Wanita sudah mulai mengalami euforia dalam mengahadapi
kehidupan ini. Adapun keadaan ini juga dituntut oleh terciptanya berbagai
lapangan pekerjaan yang menawarkan sejuta mimpi-mimpi yang ingin dikejar
kebanyakan wanita pada umumnya.
Dengan
demikian maka Wanita Filipina tidak dapat disalahkan secara seratus persen.
Terciptanya kebebasan Wanita Filipina ini juga didukung oleh adanya Kemiskinan
di Filipina setelah kejayaan yang hanya dimilikinya sekejap sesudah Perang
Dunia II. Bahkan kemiskinan ini sangat terlihat dipedesaan. Adanya kemiskinan
dan kesenjangan ekonomi ini yang melahirkan sejumlah gerakan komunis untuk memberontak
sejak 1947. Hal ini bahkan didukung pula oleh keadaan politik di Filipina yang
selalu dihiasi dengan kesenjangan dan praktek korupsi.
Kehidupan
yang lekat dengan Filipina diatas akhirnya mendorong kebanyakan gadis Filipina
yang terutama dari desa untuk mengadu nasib diperkotaan. Dimana umumnya gadis
desa dari Filipina sangatlah memegang adat istiadat, namun hal tersebut berubah
ketika mereka sudah berada diperkotaan. Kenyataan ini merupakan fenomena dari
adanya keadaan yang harus memaksa gadis-gadis ini untuk belajar mengambil
keputusan. Dengan adanya keadaan seperti inilah yang kemudian mendorong
lahirnya kebebasan yang justru menjadi diluar batas.
Apabila
dijelaskan dengan contoh konkretnya penyakit sosial yang dimaksud bisa kita
lihat pada keberadaan sejumlah anak-anak Filipina, baik laki-laki maupun
perempuan yang sejak masa kepemimpinan Marcos telah melakukan penyimpangan seksual. Adapun kegiatan ini lebih diutamakan
untuk homoseksual. (merupakan hasil pengamatan seorang novelis : P.F Kluge).
(Seargave,Sterling:1996:2). Fenomena tersebut bahkan melahirkan julukan yang
membuat Filipina disebut sebagai “America’s Fellatrix”. Hal ini juga didukung
oleh keberadaan hotel-hotel turis yang berada disepanjang distrik depan
kedutaan Amerika.
Dikota
Manila bahkan disediakan panti pijat dengan pekerja gadis-gadis muda yang
cantik. (Mangandaralam, Syahbuudin:1987:54). Hal ini merupakan kenyataan yang
ada, merupakan cikal bakal yang ditimbulkan karena adanya kemajuan wanita pasca
Perang yang sebelumnya sangat menunjukan eksistensi wanita, dan sekarang adanya
eksistensi tersebut justru lebih ditunjukan pada hal yang berlawanan arah
dengan norma kehidupan semestinya apalagi untuk wanita.
BAB III
P E N U T U P
3.1 Kesimpulan
Peperangan memang merupakan masalah sosial yang dapat
menimbulkan berbagai efek dalam setiap kehidupan masyarakat. Bukan hanya suatu
akibat yang positif, melainkan juga efek negatif, baik langsung maupun tidak.
Perang
Dunia II merupakan peristiwa yang telah berlalu (1939-1945), namun demikian
adanya dampak dari perang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri.
Khusus pada kehidupan sosial di Filipina perang dunia menyisakan suatu
peninggalan yang menggambarkan adanya pola kesenjangan yang menjadi masalah
bagi Negara Filipina.
Adapun masalah yang terjadi mengenai kemajuan dan perkembangan Negara Filipina pasca Perang Dunia II justru menimbulkan adanya kebebasan Wanita Filipina yang tiada batas. Keberadaan Wanita Filipina yang merasa bebas dalam menjalankan kehidupan justru menyalahgunakan keadaan ini.
Adapun masalah yang terjadi mengenai kemajuan dan perkembangan Negara Filipina pasca Perang Dunia II justru menimbulkan adanya kebebasan Wanita Filipina yang tiada batas. Keberadaan Wanita Filipina yang merasa bebas dalam menjalankan kehidupan justru menyalahgunakan keadaan ini.
Hal ini
terlihat dari banyaknya Wanita Filipina yang ditemukan sebagai wanita malam
atau wanita hiburan bahkan dip anti pijat. Kebanyakan wanita ini berasal dari
seorang gadis desa yang dipenuhi oleh tuntutan ekonomi. Keadaan ini menjadi
masalah yang makin menyulitkan pemerintah Filipina karena peran yang menunjukan
eksistensi kebebasan Wanita Filipina ini justru berlangsung pula keluar Negara
seperti Tokyo, Bangkok, Hongkong, Singapura, Timur Tengah dan Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Benedict.2002. Hantu Komparasi. Yogyakarta :Qalam
Grolier International. Negara dan Bangsa. Jakarta :Widyadara
http://id.wikipedia.orgi/wiki/Perang
Mangandaralam, Syahbudin.1988. Mengenal Dari Dekat Filipina (Tanah Air Patriot Pujangga Jose Rizal).
Bandung : Remaja Karya CV
Seargrave, Sterling.1988. Dinasti Marcos (Korupsi,Harta Dan Kekuasaan Di Filipina). Jakarta : Pustaka Jaya
Soebantardjo. 1954. Sari
Sejarah Eropa-Amerika ( cetakan II ). Yogyakarta: Bopkri
Soerjono
Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta : Rajawali,2009
Wartadiasastra, Ukasah.1985.Perbandingan Administrasi Negara ASEAN. Bandung : Remaja Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar