REVOLUSI DI LAMPUNG
(Sebuah Makalah)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia.
Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera
Selatan. Provinsi
Lampung dengan ibukota Bandar
Lampung,yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjung karang dan Teluk betung memiliki wilayah yang relatif luas,
dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang
dan Pelabuhan Bakauheni serta
pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.
pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.
Pada
tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta mengumumkan
kemerdekaan Republik Indonesia, setelah sebelumnya mendengar berita tentang
menyerahnya Jepang dari sekutu. Pada tanggal 23 Agustus 1945, Mr. A.
Abbas sebagai anggota Persiapan Kemerdekaan Indonesia dari Lampung, bersama 2
orang anggota PPKI dari Sumatera Utara, yaitu Mr. Teuku Mohammad Hasan dan Dr.
M. Amir, pada tanggal 23 Agustus 1945 bersama-sama berangkat dari Jakarta
dengan kapal terbang ke Palembang. Mereka inilah yang membawa berita resmi
mengenai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Setelah
ketiga anggota PPKI ini bertemu dan berunding dengan Dr. A. K. Gani, seorang
tokoh Nasional Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, maka malamnya tanggal 23
Agustus 1945 itu juga Mr. A. Abbas melanjutkan perjalanannya dengan kereta api
ke Tanjungkarang (Lampung).
Dalam
perkembangan selanjutnya, terutama
sejak mendaratnya NICA ke bumi Lampung, maka dimulailah perjuangan-perjuangan
demi memertahankan kemerdekaan dari jajahan kembali Belanda. Perjuangan
tersebut mulai bergerak selama pemindahan kekuasaan dan Agresi militer Belanda
yeng dimulai tahun 1949.
Dengan dimulainya perjuangan
bersenjata maka makalah ini disusun dengan maksud melihat bagaimana revolusi
fisik yang terjadi di Lampung sejak tahun 1949.
BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang
diatas maka permasalahan dalam makalah
ini sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
keadaan di daerah Lampung pada umumnya?
2.
Bagaimanakah
keadaan di Lampung pada awal tahun 1949?
3.
Apa
saja peristiwa penting yang terjadi di Lampung menjelang Revolusi kemerdekaan?
4.
Bagaimanakah
keadaan provinsi Lampung dalam bidang politik, ekonomi, sosial, keuangan?
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Keadaan
di Daerah Lampung Pada Umumnya
Lampung
pada sekitar tahun 1949 belum merupakan daerah propinsi yang berdiri sendiri
tetapi masih merupakan bagian dari propinsi Sumsel yang beribukota di
Palembang. baru pada tahun 1964 propinsi Lampung diresmikan jadi propinsi
daerah tingkat yang berdiri sendiri yang lepas dari Sumatera Selatan.
Kalau
ditinjau dari segi etnografis dan geografis memang lampung cukup luas dan
merupakan satu ciri sosial budaya yang dapat digolongkan sebagai kelompok yang
dapat berdiri sendiri, walaupun sifatnya saling mempengaruhi antar kebudayaan.
Misalnya : didaerah Krui tampak jelas pengaruh Bengkulu, di daerah utara tampak
jelas pengaruh Palembang.
Kalau
ditinjau daerah Lampung dari segi keltakannya dan lalu lintas perhubungan, maka
hubungan Lampung-Jakarta lebih lancar, walaupun dipisahkan oleh laut. Hal ini
disebabkan karena sulitnya hubungan darat dan juga arus transmigrasi dari Jawa
yang cukup besar frekuensinya.
Sebagai
suatu bagian dari sumatra selatan memang pristiwa atau kejadian yang terjadi di
Lampung banyak sangkut-pautnya dengan kejadian di Palembang, tetapi pengaruh
pristiwa dari jawa juga sangat besar.
Pada masa
pendudukan Jepang , walaupun Jepang bersikap keras terhadap pergerakan
Nasional, tetapi semangat untuk bebas merdeka itu tidak pernah paham. Hal itu terbukti
setelah Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Pada waktu setelah proklamasi kemerdekaan,
berbeda dengan di Jawa, maka yang datang di Lampung hanya NICA saja.
Kenyataannya NICA hanya dapat berkuasa di kota-kota saja, karena tentara di
Lampung sealu menyusun kekuatan untuk melaksanakan perang gerilya.
Pada
bulan Agustus 1945 sampai dengan pertengahan tahun 1947, Sumatera merupakan
satu propinsi, uang dipimpin oleh gubernur M. Teuku Muhammad, yang berkedudukan
di Medan, Sumatera Utara. Pada pertengahan tahun 1947, Propinsi Sumatera dibagi
menjadi 3 (tiga) sub Propinsi, yaitu: Subpropinsi Sumatera Utara di Medan, Sumatera Tengah di
Bukittinggi , Sumatera
Selatan di Palembang
Selanjutnya,
pemerintah Belanda melancarkan serangan Agresi Militer Belanda II (Clash II),
yaitu pada tanggal 19 Deseember 1949, dimana pasukan Belanda pertama-tama
menyerang ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta, melalui pasukan lintas Udara.
Dalam serangan tersebut, Belanda dapat menguasai Lapangan Terbang Maguwo, yang
kemudian menguasai seluruh kota Yogyakarta.
Di
Lampung sendiri, serangan baru dimulai tanggal 1 Januari 1949, ketika Belanda
memasuki Teluk Lampung melalui Kalianda menuju Pelabuhan Panjang. Kira-kira
pukul 05.00 pagi, kapal perang Belanda mulai menembaki pelabuhan Panjang.
Tetapi, karena perlawanan dari pihak tentara kita di Panjang, baru setelah
kira-kira jam 06.00 pagi, mereka dapat mendarat di pantai luar Pelabuhan
Panjang dan di pantai sekitar Gunung Kunyit Teluk Betung. Ibukota Karesidenan
Lampung akhirnya dapat diduduki oleh pasukan Belanda pada hari itu juga. Karena
peristiwa inilah, maka Pemerintah Karesidenan beserta stafnya menyingkir ke
luar kota. Setelah dibentuknya Pemerintah Darurat
Karesidenan Lampung di Pringsewu, maka Pemerintah Darurat Karesidenan Lampung
yang dipimpin oleh Akhmad Akuan, dikembalikan jabatannya ke posisi sebelumnya,
yaitu sebagai Bupati Kepala Daerah Kabupaten Lampung Utara.
Pada
tahun 1951 sampai dengan 1956, 3 (tiga) daerah kabupaten, yaitu Lampung
Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Utara didampingi oleh DPRDS (Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Sementara), yang setiap kabupaten terdiri dari 20
orang unsur partai dan organisasi masyarakat setempat yang masih hidup pada
masa itu.
Struktur
pemerintahan Lampung di tingkat terbawah mengalami perubahan, sesuai dengan
Surat Ketetapan Residen Lampung tertanggal 3 September 1952 No. 153/D/1952 dan
diperbaiki kembali pada tanggal 20 Juli 1956. Perubahan itu adalah untuk
struktur pemerintahan pengganti marga, ditetapkan kesatuan daerah yang disebut
dengan Negeri, yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri sesuai dengan IGOB
Stb. N. 490. Dengan demikian, maka sejak itu hirarki pemerintahan di Lampung
adalah Karesidenan, Kabupaten, Kawedanan, Kecamatan, dan Negeri
B.
Keadaan
Di Lampung Pada Awal Tahun 1949
Pada tanggal 31 Desember 1948 sekitar jam 14.00 mendapat
berita bahwa di Selat Sunda ada barisan pasukan Belanda menuju Lampung. Dengan
adanya berita itu, maka semua pasukan di Lampung disiap siagakan yaitu pasukan
Garuda Hitam dibawah pimpinan Let. Kol Samaun Gaharu, pasukan Garuda Merah
dibawah pimpinan Kapten Alamsyah, satuan Angkatan Laut dibawah pimpinan Mayor
Soheuka. Selain itu, disiagakan Laskar dari Kesatuan Harimau Kumbang, Hisbullah
dan pemuda banteng.
Pada tanggal 1 Januari 1949 pasukan Belanda telah muncul
di dekat batu Serampok, dan pada jam 6.30 mereka mulai melepaskan
tembakan-tembakan dari kapal dan operasi mereka dibantu oleh tiga buah pesawat
yaitu 2 buah Mustang (cocor merah) serta sebuah pembom B.15 Michel. Penddaratan
Belanda itu tidak mengalami perlawanan yang berarti, karena adanya bantuan dari
udara itu mempersulit perlawan kita. Pada jam 08.00 mereka telahmemasuki
wilayah Tanjungkarang, Telukbetung dan parktis mereka telah menduduki kota
sedangkan pasukan kita mundur ke arah Pringsewu.
Pada tanggal 2 Januari 1949 kekuatan militer dan
pemerintahan RI dipusatkan di Pringsewu, pada hari itu juga diadakan rapat di
Pendopo Pringsewu dengan mengambil keputusan sebagai berikut:
1.
Wakil
Residen Lampung R.A Basyid diutus ke Kotabumi untuk menemui bupati Akuan.
Bupati Akuan padawaktu itu telah mengambil mencetak uang yang dikenal dengan
uang Karesidenan Lampung. Uang ini dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang
sah.
2.
Mr.
Gele Harun Nasution menjabat sebagai Residen perang, pimpinan pemerintahan
darurat R.I dan Hakim militer Sumatera Bagian Selatan.
Secara garis besar kondisi pertahanan pada waktu itu dapat dibagi
sebagai berikut:
Ø
Front
tengah dan kiri meliputi Way Lima, Kedondong, Gadingrejo, Jogyakarta,
Tulungagung.
Ø
Front
utara yaitu meliputi Kemiling, Tanjungpura yang dipimpin oleh Mayor Nurdin.
Ø
Front
selatan yang bertugas menghadapi musuh dari laut yang dipimpin oleh Mayor
Effendi. Satu kompi dibawah pimpinan Bursa
telah dikirim ke Lampung Utara dan satu kompi lagi dibawah pimpinan
Abdul Haq bertahan di Kedaton dan sekitarnya.
Ø
Front
tengah dipimpin oleh kapten Alamsyah dan berpusat di Gadingrejo.
Ø
Pimpinan
militer pada waktu itu antara lain: Letkol Samaun Gaharu, Kapten Suratno,
Kapten Mas Adi, Ismail Husin, Kapten Baheram, Kapten Suratmin, Kapten Muhizar,
Mayor Sohouda, Kapten Tobing (dua yang disebut terakhir adalah perwira Angkatan
Laut).
Untuk
menghadapi kesulitan dalam hal persenjataan maka walaupun secara darurat
didirikan senjata di dua tempat yaitu: Way Lima (Banjar Negeri, Cimahuk,
Cilayap) dan Gunung Meraksa (Pulau Panggung) kedua pabrik itu dipimpin oleh
Mayor Margono.
Pabrik itu
menghasilkan jenis-jenis senjata antara lain: sten gun, senapan panjang, granat
tangan, bom tarik, serta meriam sundut. Pabrik senjata di Gunung Meraksa selain
berfungsi sebagai pabrik yang memproduksi alat-alat perang berfungsi juga
sebagai pencetak uang yang disebut sebagai uang Republik Sementara yang pada
waktu itu disebut ORIS.
Berdasarkan
pertimbangan strategi perang maka pabrik senjata di Gunung Meraksa
diperintahkan untuk dibumi hanguskan oleh salah seorang perwira di Pringsewu.
Perintah itu dilaksanakan oleh Mayor Margono akan tetapi, karena kemudian
dipertimbangkan oleh pemerintah bahwa tindakan pembumi hangusan itu merugikan
perjuangan, maka kedua perwira itu Letkol Iwa Supandi dan Mayor Margono oleh
Mr. Gele Harun dititipkan kepada pemerintahan sementara di Palembang.
Sisa-sisa
pabrik senjata itu dibangun kembali oleh Angkatan Udara Republik Indonesia
dibawah pimpinan Kapten Rasidi dan Kapten Abi untuk menghadapi kesulitan
senjata pada saat itu. Selain itu, mereka juga berusaha mendirikan sebuah
sender radio di lereng Bukit Barisan untuk menghubungi pemerintah darurat di
Bukittinggi dibawah pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara.
1.
BEBERAPA
PRISTIWA PENTING
Pristiwa
penting di sini adalah pristiwa yang berhubungan dengan beberapa pertempuran
yang menentukan kedudukan pemerintah di daerah dan pertempuran itu meninggalkan
jejak sejarah berupa monument ataupin cerita yang masih terkenal dari mulut ke
mulut.
a.
Pertempuran
di desa Tempuran, jalan ke jurusan Metro Lampung tengah
Pada saat pasukan kita yang dipimpin Bursa ingin menuju ke Lampung
Utara, ditengah jalan mereka dicegat oleh pasukan Belanda dan terjadi
pertempuran.
b.
Pertempuran
di desa Kemiling, jalan menuju Gedongtataan
Setelah kota tanjung karang teluk
betung diduduki oleh Belanda, maka pasukan kita mundur ke jurusan Pringsewu.
Pengunduran pasukan itu karena terjadi secara cepat, maka terjadi perpisahan
antara pasukan dengan induk pasukannya. Apalagi waktu itu bukan saja menghadapi
dari laut, tetapi juga dari udara. Sisa-sisa pasukan yang terpencar itu terdiri
atas pasukan morig, polisi, dan angkatan laut. Oleh kapten Abdul Haq distukan
dan dikonsolidasikan kembali untuk bertaqhan di kemiling ke langkapura.
Pada tanggal 14 Januari 1949 sepasukan Belanda yang kembali dari
kurungan nyawa akan ke tanjung karang, di cegat oleh pasukan kita itu, sehingga
dalam pertempuran ini banyak jatuh korban di kedua belah pihak. Akhirnya
pasukan Belanda mundur ke Tanjungkarang sedang sebagian yang terkepung itu
memutar haluan menuju Rejosari terus ke Wiyono menuju ke Pringsewu. Ditengah
jalan ketemu dengan pasukan Mayor Efendi yang mencegat Belanda di kuburan
Gadingrejo. Pasukan Belanda itu kembali keGedongtataan dan kemudian akan
bertemu kembali dengan pasukan mayor Abdul Haq.
Dengan adanya gerakan Belanda itu, maka diperimbangkan bahwa kedudukan
pemerintahan di Pringsewu dalam keadaan terancam, maka seluruh aparat
pemerintahan dan militer dipindahkan ke Talang padang, dengan perhitungan
apabila harus terjadi pengunduran diri lagi akan dipindahkan ke Ulu belu.
Dengan adanya perpindahan pust pemerintahan dan militer itu maka
konsolidasi pertahanan disusun kembali dengan posisi sebagai berikut:
a)
Sayap
kanan adalah terdiri dari pasukan yang dipimpin oleh Ismail Husin, Mayor Abdul
Haq, kapten Muhizar, Alimuddin Umar, Ruslan Atmo dan Laskar Harimau Kumbang.
b)
Tengah
terdiri dari pasukan Garuda Hitam dan pasukan Garuda merah di bawah pimpinan
Kapten Alamsyah.
c)
Sayap
kiri terdiri atas pasukan polisi dan pasukan yang dipimpin Kapten Suratno.
c.
Pertempuran di desa kota dalem Kedondong
Setelah pelabuhan Panjang jatuh
ke tangan Belanda, maka sepasukan Angkatan laut dibawah pimpinan Mayor Soheuka,
mundur ke Pringsewu dan dari sana mundur lagi ke kota dalem.
Pada tanggal 19 mei 1949 sekitar jam 01.00 sepasukan Belanda yang menuju
Pringsewu mengambil jalan ke kiri melalui Waylima. Di kotadalem pasukan ALRI
yang dipimpin oleh Mayor Soheuka menempati tiga buah rumah rakyat. Pada malam
itu yang menjaga markas adalah : sersan Agus Jalil dan Sersan Margono.
Mereka melihat pasukan Belanda itu yang
langsung mngepung markas mereka. Sersan Agus Jalil maupun srsan Margono tidak sempat mengangkat telpon karena terburu
diberondong oleh Belanda dan gugur.
Sari rumah lain pasukan ALRI memberikan perlawanan, sehingga terjadi
pertempuran selama satu jam. Kemudian
Belanda membakar marker ALRI tersebut, yaitu yang sekarang didirikan Monumen
angkatan Laut di Kotadalem. Setelah Belanda mundur ternyatayang gugur adalah 8
orang anggota pasukan ALRI dan beberapa orang Laskar lain yang membantu ALRI.
Mereka yang gugur antara lain :
1.
Letnan
Dua Wiyono
2.
Sersan
Mayor Maladi
3.
Sersan
Mayor Islam Sugianto
4.
Sersan
Mayor Aspari
5.
Sersan
Mayor Paikun
6.
Sersan
Agus Jalil
7.
Kelasi
Cholil
8.
Ismail
Selain itu jug gugur
pula anggota ALRI yaitu di Suban : Kelasi Kamirin, di Sukorejo ; Sersan Abdul
Gafar.13
d. Perjuangan Ibrahim
Seorang gelandangan bernama Ibrahim, karena kebodohannya disebut Ibrahim
Lolo, yang berarti Ibrahim yang tolol. Pada suatu hari ia minta kepada pasukan
di Pringsewu sebuah granat tangan, katanya untuk jibaku. Permintaan itu
dikabulkan, ia diberi sebuah granat tangan. Dengan granat tangan itu ia pada
suatu sore menunggu di sebuah bukit yang curam di Kemiling. Ia bersembunyi
menunggu pasukan Belanda lewat. Pada waktu itu lewatlah sebuah jip yang
dikemudikan Macan Loreng dan disampingnya duduk seorang Belanda. Ibrahim
melemparkan granatnya dan meledaklah granat itu, sehingga penumpang jip itu
mati. Keesokan harinya bendera Belanda dikibarkan setengah tiang, sedang
Ibrahim setelah melempar lalu dielu-elukan sebagai pahlawan.
e.
Pertempuran
di Lor kali
Pada waktu itu Belanda menjalankan siasat untuk menjepit kedudukan
tentara kita. Belanda mendarat melalui Menggala dan Kota Agung, dengan tujuan
mengepung tentara kita dari dua jurusan. Dari Kota Agung Belanda menuju
Talangpadang, tetapi sepanjang jalan oleh tentara kita telah dipasang
rintangan-rintangan. Juga jembatan di Bulokarto telah diledakkan. Pasukan
Belanda dengan pesawat terbangnya menghujani Talangpadang dan daerah
sekitarnya. Oleh Mayor Abdul Haq, maka Silitonga yang sudah sembuh dari
perawatan rumah sakit di Talangpadang, diperintahkan untuk melayani meriam
peangkis udara 12,7 ternyata berhasil menghalau pesawat Belanda. Setelah
penyerahan kedaulatan kembali, maka Belanda mengakui bahwa salah satu
pesawatnya mengalami kerusakan dan mendarat secara darurat di Branti yang pada
waktu itu dikuasai oleh Belanda. Nama gunung dimana Silitonga menembak musuh
itu sekarang terkenal dengan nama gunung Silitonga untuk mengenang jasanya.
f.
Pertempuaran
di Negeri Olok Gading (Kecamatan Panjang)
Pada tanggal 4 Januari 1949 Belanda memasuki Telukbetung Selatan dibawah
pimpinan Ro Van Kaligis. Pasukan kita terdiri dari Hizbullah dipimpin oleh
Alimudin dan Kaspul. Sedang markas TNI pada waktu itu ada di Umbl Limus
kira-kira 2 km dari arah Telukbetung ke utara. Belanda bermarkas di di sentral
Kali Blauw. Pada hari itu pasukan Belanda berpatroli menyebrangi Kali Blauw dan
disambut dengan TNI denfan demikian terjadilah pertempuran selama kurang lebih
satu jam. Dipihak Belanda satu orang Kapten tewas, dan dipihak kita seorang
lasykar gugur.
Satu hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 3 Januari 1949 memang Belanda
telah menyatakan kepada kepala kampung Kuripan mengenai dimana kedudukan
tentara Melayu, dan dijawab oleh Makmum, kepala kampung bahwa disekitar
Telukbetung Selatan tidak ada tentara Melayu yang dimaksud tersebut. Pada
tanggal 5 Januari 1949 karena Belanda merasa ditipu oleh kepala kampung itu,
maka Makmum dicari dan ditembak mati. Pada tanggal 6 Januari 1949 Belanda
datang ke negeri Olok Gading, penduduk berkumpul dan disitulah rakyat yang
berkumpul itu langsung ditembak mati. Selanjutnya diumumkan agar mayat-mayat
itu segera dikubur, jika sampai jam 5 sore belum beres, maka yang lain akan
ditembak juga.
Nama-nama mereka yang ditembak mati itu adalah :
1.
Hi.
M. Suarif 11. Radin Nimbang
2.
Hi.
Sulaiman 12. Ilyas
3.
M.
Said 13. Japar (polisi)
4.
Hi.
Kudus 14. Muin (polisi)
5.
Yahya 15. Yusuf (polisi)
6.
Minak
Jaluddin 16. M. Amin
7.
Radin
Salih 17. Ahmad
8.
Buhan 18. Kasim
9.
Kemas
Mulya 19. Makmum
10. Minak Muhammad
Pada tanggal 21 Januari 1949, seorang mata-mata Belanda telah mengetahui
persmbunyian Belanda yaitu di Umbul Limus. Maka pada sore harinya daerah itu
diserang oleh Belanda, dan terjadilah pertempuran sengit, dipihak kita seorang
lasykar gugur. Pasukan TNI terpaksa mengundurkan diri ke Way Lima, bergabung
dengan pertahanan kita di Kedondong. Garis pertahanan gerilya pada waktu itu
meliputi Kedondong-Hurun.
g.
Pertempuran
di kampung Penumangan (Kecamatan Panaragan)
Pada bulan Nopember 1949 pasukan Kaligis yang tadinya di Telukbetung
berlayar meuju ke Menggala. Di kampung Penumangan mereka menanyakan dimana
lokasinya tentara Melayu dan dijawab oleh kepala kampung yang bernama Setan Sep
bahwa disana tidak ada tentara Melayu. Tetapi kira-kira setengah jam pelayaran,
lebih kurang 2 km dari Penumangan Belanda dihadang oleh tentara kita. Peristiwa
pertempuran dimulai secara tidak sengaja, yaitu ketika senapan locok seorang
pejuang bernama Nanang jatuh dan meletus. Belanda langsung menembak dan
terjadilah pertempuran sengit. Belanda terpaksa kembali ke Penumangan. Disana
Belanda mengumpulkan rakyat, Belanda yang merasa tertipu oleh penduduk lalu menembak penduduk yang berkumpul hingga
tewas semuanya.
2.
BIDANG POLITIK, SOSIAL,
EKONOMI , KEUANGAN.
Pada tahun 1945 di Lampung telah
dibentuk Barisan Benteng Indoesia yang diketuai oleh Aziz Rauf. Barisan ini
menghimpun seluruh organisasi pemuda untuk dilatih dan dipersiapkan unruk
perjuangan . organisasi yang berkecimpung di dalamnya yaitu : Pasindo ,
Hizbullah dan Fisabilillah. Perlu di ketahui bahwa Barisan Benteng Indonesia
pada saat itu sudah mengadakan hubungan dengan Barisan Pemberontak Indonesia
yang dipimpin oleh Bung Tomo dan juga dengan Barisan Benteng Indonesia yang
berpusat di Solo di bawah pimpinan Dr. Muwardi.
Pada waktu diadakan rapat KNIP di
malang, Barisan Benteng Republik Indonesia mengirim utusan dari Lampung yaitu
Bapak Rasyidi, atas undangan Barisan Benteng di Solo. Tetapi dalam pelayarannya
ke Jawa, kira-kira diperairan Cirebon , rombongan utusan ini ditangkap belanda
dan ditawan. Merekadibawa ke Semarang dan ditahan di rumah penjara Mlaten
Semarang.
Peristiwa itu terjadi pada tanggal 25
Maret 1947. Karena adanya perjanjian Linggarjati pada tanggal 27 Mei 1949
mereka di bebaskan. Sekeluarnya dari penjara Bapak Rasyidi terus k Cirebon
menemui seorang Bupati yaitu Mr. Rukadi Wiryaharja yang kemudian diajar ke
Lampung , dan beliau inilah yang menggantikan Mr. A . Abbas sebagai Residen
Lampung kelak.
Beliau mendapat tugas untuk mencari dana
revolusi di daerah Sumatera Selatan. Di krang Endang beliau bertemu dengan
Mayor alamsyah , komandan batalyon disana. Kemudian Pak. Rasyidi bersama
MayorNurdin membentuk badan baru yang diberi nama Biro Perjuangan. Untuk
anggota Barisan Benteng disuruh memilih apakah akan terus menjadi tentara
ataukah akan kembali ke sipil. Pak Rasyidi memilih kembali ke sipil dan
kemudian membentuk suatu badan baruyang diberi nama Persediaan Makan Rakyat (
PMR ). Ketua PMR pada waktu itu adalah Raden Sahri Jayawirya, yang pada waktu
awal revolusi menjadi sebagai Bupati Metro dan kemudian menjadi sebagai Residen
Bangka.
Persediaan
makanan rakyat juga merangkap fungsinya sebagai pensuplay bahan makanan untuk
militer. Ketika Belanda memasuki pelabuhan Panjang pada tanggal 1 Januari 1949,
maka PMR mengungsi ke Metro dan disana bergabung dengan bupati Lampung Tengah
Zainabun Jayasinga, mereka berusaha untuk mengumpulkan padi untuk persediaan
bahan makanan.
Ketika
terjadi pertempuran antara RI dan Jepang yang disebut sebagai peristiwa Idhul
Adha di Talang Padang korbanya dirawat dirumah sakit Tnjung Karang yang telah
diserahkan Jepang pada tanggal 22 Agustus 1945. Pembentukan pasukan yang
bertugas dibidang kesehatan masih melanjutkan sistim yang dipakai Jepang, yaitu
pasukan itu mengikuti pasukan yang sedang bertempur.
Demi
memecah-belah persatuan bangsa, belanda mendirikan negara boneka yang bersifat
kedaerahan seperti Negara Sumatera Selatan. Namun ini hanya diterima oleh
sebagian masyarakat yang memperoleh kehidupan enak dari Belanda, maka sebagai
akibatnya Negara Boneka itu tidak dapat bertahan lama.
Pemerintah
darurat RI yang tidak mau tunduk kepada Belanda mendirikan pusat pemerintah
daerah, untuk Lampung berpusat di Ulu Semong yaitu suatu desa yang terletak
terpencil di bukit barisan. Ketika di desa itu terserang waah cacar maka pusat
pemerintahan dipindahkan ke Way Tenung.
Pemilihan pusat
pemerintahan di Way Tenung yaitu
dikampung sukaraja itu dengan pertimbangan dari letaknya yang strategis. Sebab kalau ditinjau dari segi perhubungan,
letak daerah itu merupakan simpang tiga tanjung raya yang dapat menghubungkan
daerah Lampung Utara dengan Lampung Barat sedangkan satu-satunya pelabuhan
dilampung yang belum dikuasai Belanda adalah Krui Lampung Barat.
Pusat pertahanan
maupun pemerintahan sipil dipusatkan disana juga Letkol Semaun Gaharu memimpin
dan menghimpun kekuatan militer yang terdiri dari beberapa unsur. Juga
komisaris polisi cik agus menghimpun ternaga kepolisisan disana.
Untuk mencukupi
yang logistik, yaitu yang berhubungan dengan bahan makanan, pakaian dan
perlaratan lebih karena Belanda telah menguasai daerah-daerah yang secara
ekonomi dapat dikatakan surplus, juga karena pelabuhan-pelabuhan diblokade,
maka hubungan luar hampir dikatakan tidak mungkin. Satu-satunya hubungan keluar
yang dapat diadakan adalah melalui pelabuhan Krui. Hasil pertanian, perkebunan
dan perhutanan hanaya dapat disalurkan melalui pelabuhan ini. Maka diadakanlah
barter ke Singapura yang hasilnya dapat menolong kehidupan permerintahan di Way
Tenung itu.
Sebuah kapal dari
Singapura yang memuat perbekalan dapat berhasil mendat pelabuhan Krui dengan
memuat perbekalan yang sangat diperlukan oleh kita, kembali ke Singapura kapal
itu dengan memuat hasil buni dari Lampung. Hasil bumi itu didapat dari pinjaman
rakyat yang dengan rela membantu perjungan.
Hasil-hasil barter
dengan Singapura itu langsung dikirim digaris depan yaitu yang terletak di Way
Kunang. Disana tentara kita menghambat gerakan pasukan Belanda untuk melewati
Bukit Kemuning.
Pasukan beruang
hitam dibawah pimpinan Letnan ALRI Abu Bakar, dan Letnan Muda Adhar memimpin
gabungan dari tentara yang semula sudah terpencar-pencar. Belanda selalu
mengahantui dimana pusat pemerintahan dan pertahanan RI, maka disegala arah
disebar mata-mata untuk menegetahui pertahanan kita. Kitapun bertindak tegas
terhadap mata-mata musuh yang merongrong perjuangan kita itu. Maka sekali
tertangkap mereka diberi hukuman yang berat agar menjadi pelajaran yang lain.
Dibentuk suatu pengadilan darurat yang hakimya Mr Gele Harun dan Jaksa penunjuk
umumnya A. Karim 22.
Pernah seorang
mata-mata tertangkap dan diputuskan oleh Pengadilan Darurat bahwa karena jelas
ia bersalah lalu dihukum mati dengan dapancung kepalanya. Pelaksanaan hukuman
mati itu adalah seorang bekas tentara jepang yang memihak kita namanya Ibrahim.
Rupa kedudukan kita
di Tanjung Raya itu telah diketahui oleh Belanda, sebab kemudian terjadilah
serangan udara terhadap kedudukan kita tersebut. Bagian yang mendapat serangan
udara itu adalah markas sisa Garuda Merah di Buru yang dipimpin oleh Kapten
Alamsyah. Siasat untuk tidak menurunkan bendera merah putih walaupun diserang
belanda dari udara adalah dengan tujuan agar Belanda tertarik oleh bendera itu
sehingga yang diserang hanya komplek tersebut. Sedangkan kedudukan tentara yang
sebenarnya dapat selamat dari serangan Belanda. Di Sukaraja sebagian pasukan
tentara pelajar dapat berkumpul kembali setelah bertugas di beberapa daerah pendudukan.
Tugas mereka adalah menjadi penghubung dan kurir, disamping juga harus menempel
plakat-plakat atau selebaran di daerah yang dikuasai Belanda. Fungsi dari
selebaran itu dapat mempengaruhi semangat dan keyakinan kita dan sikap non
cooperation terhadap Belanda. Satu contoh surat selebaran yang memuat bantuan
sukarela dari India mendarat di Way Ratai dengan senjata lengkap berjumlah 35
orang dan kemudian mereka menggabungkan diri dengan pasukan pak Laba dan Pak
Dulhaq.
Berita ini dapat mempertebal keyakinan kita bahawa RI masih sanggup
bertahan dan bahkan mampu mengusir Belanda dari tanah air kita, juga untuk
golongan koperation berita ini membuat mereka menjadi ketakutan.
Peristiwa semacam
peledakan jembatan Enggal oleh pasukan kecil polisi militer dibawah pimpinan
suranto menambah keyakinan kita dan memperkecil semangat Belanda. Dengan
kekejaman yang luar biasa maka Belanda mencari pengakuan dari tentara kita
namun walaupun tentara kita disiksa dengan hingga diluar perikemanusiaan tetapi
tetap tutup mulut.
Ketika coase fire
diumumkan maka pusat pemerintahan dipindahkan dari sukaraja ke bukit Kemuning.
Pemilihan tempat di Bukit Kemuning didasarkan atas perhubungan dan strategisnya
pertahanan.
Konsolidasi pemerintah
RI diadakan, dan berduyun-duyunlah kaum non.kooperatif yang dulunya bergerilya
di gunung-gunug membantu pelaksanaan pemerintah dan usaha kearah penyerahan
kembali kedaulatan RI. Dipihak kita diadakan persiapan penerimaan
pegawai-pegawai yang akan mengoper kekuasaan itu.
BAB IV
KESIMPULAN
Lampung
pada sekitar tahun 1949 belum merupakan daerah propinsi yang berdiri sendiri
tetapi masih merupakan bagian dari propinsi Sumsel yang beribukota di
Palembang. baru pada tahun 1964 propinsi Lampung diresmikan jadi propinsi
daerah tingkat yang berdiri sendiri yang lepas dari Sumatera Selatan. Kalau
ditinjau dari segi etnografis dan geografis memang lampung cukup luas . Kalau ditinjau daerah Lampung dari segi keltakannya
dan lalu lintas perhubungan, maka hubungan Lampung-Jakarta lebih lancar.
Keadaan di
Lampung sejak awal 1949 diwarnai oleh berbagai peristiwa peperangan dan
pemberontakan kepada Belanda terutama sejak Agresinya yang ke-2 seperti pertempuran
di desa Tempuran, jalan ke jurusan Metro Lampung tengah, pertempuran di desa
Kemiling, jalan menuju Gedongtataan, pertempuran di desa kota dalem Kedondong,
perjuangan Ibrahim, pertempuran
di Lor kali, pertempuaran di Negeri Olok Gading (Kecamatan Panjang), pertempuran
di kampung Penumangan (Kecamatan Panaragan).
Keadaan
ekonomi di Lampung selama perang cukup sulit bahkan harus berbagi dengan pihak
tentara atau militer. Kondisi ini juga diiringi dengan usaha-usaha Belanda
untuk memecah-belah persatuan dengan mendirikan negara boneka yang bersifat
kedaerahan.
Daftar Pustaka
Iskandar Syah,Drs.,M.H. dan Yustina Sri Ekwandari,
S.Pd.,M.hum. 2008.Sejarah Daerah Lampung.Bandar Lampung:Universitas
Lampung Press
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
JUDI ONLINE DEPOSIT PAKAI PULSA!
BalasHapusAgen Judi Pulsa Terpercaya Di Indonesia, susunan perwakilan Poker Online mencadangkan pulsa adalah selaur saudagar judi yang merencanakan pertunjukan poker online pada saat ini sudah banget enteng degnan adanya tontonan ini judi online endapan dengan pulsa kemudahan bernilai berkelakuan disebuah permainan judi online yang piawai kita jumpai kala ini memang buah dari makin bertumbuhnya masa dan teknologi masa ini didalam pergelaran sandaran online. Berdasarkan cuma menyisihkanmelantaskan pulsa rupa aset endapan pergelaran di poker pulsa online, pegawai sudah mendapat giliran yang lebar sok beserta memenangkan permainan.
Berlaku mengawamkan pulsa didalam permainan poker online pastinya emang bakal kian melatakan personel waktu kamu melakukan pementasan andalan online. Karena datangnya endapan dengan pulsa alkisah pemain akan ahli sehubungan enteng dalam berlagak lalu menjabat jawara didalam sepadan pergelaran poker. Tontonan poker online sedimen melalui pulsa tentunya hendak menggondol separuh manfaat sok yang pandai berbentuk pulsa saja atau berupa uang sahih didalam sepadan pergelaran judi online.
BACA JUGA:
daftar poker via pulsa
poker via pulsa
judi poker via pulsa
Daftar sekarang hanya di ZeusBola