Kompetensi Dasar : 6.1. Mendeskripsikan
perjuangan bangsa Indonesia merebut Irian Barat.
Indikator :
1.
latar belakang
terjadinya perjuangan mengembalikan Irian Barat
2.
perjuangan
diplomasi dalam upaya mengembalikan Irian Barat
3.
perjuangan dengan
konfrontasi ekonomi dan politik dalam upaya
mengembalikan Irian Barat
4.
pelaksanaan Trikomando
rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat
5.
persetujuan New York
dan pengaruhnya terhadap penyelesaian masalah Irian Barat
6.
arti penting
penentuan pendapat rakyat (Pepera) Irian Barat
1.
LATAR BELAKANG TERJADINYA : PERJUANGAN MENGEMBALIKAN IRIAN BARAT
Sesuai dengan isi KMB bahwa akan dicapai suatu kesepakatan, yaitu dalam
waktu satu tahun setelah tanggal penyerahan kedaulatan kepada RIS, masalah
irian barat akan diselesaikan dengan jalan perundingan antara RIS dengan
Belanda.
Setelah satu tahun penyerahan kedaulatan, Irian Barat tidak diserahkan
kepada RIS, artinya Belanda masih tetap menguasai Irian Barat, bahkan
perundingan-perundingan yang dilakukan antara Indonesia dengan Belanda
mengalami kegagalan. Dengan kata lain Belanda tetap ingin menguasai Irian Barat
dan tidak mau menyerahkan Irian Barat kepada Republik Indonesia Serikat, berarti Belanda melanggar isi KMB.
Perjuangan merebut Irian Barat dilakukan melalui 2 cara yaitu melalui
upaya diplomasi (perundingan) dan melalui konfrontasi (konflik terbuka).
2.
PERJUANGAN
DIPLOMASI DALAM UPAYA MENGEMBALIKAN IRIAN BARAT
A.
Perjuangan Diplomasi (bilateral)
1. Konferensi Uni Indonesia-Belanda (4 Desember 1950)
Indonesia mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian barat secara de jure
namun ditolak Belanda. Belanda merasa bertanggung jawab untuk memajukan rakyat
irian barat dan menganggap bahwa Irian Barat harus menentukan nasibnya sendiri.
2. Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua Barat memiliki hak merdeka sesuai
dengan pasal 73e Piagam
PBB. Karena Indonesia mengklaim
Papua Barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke Mahkamah
Internasional di Den Haag (Belanda) untuk menyelesaikan masalah ini,
namun Indonesia menolak sebab Indonesia menganggap penyelesaian oleh Mahkamah
Internasional hanya akan menguntungkan Belanda.
3. Pada
bulan Desember 1951 diadakan perundingan bilateral antara Indonesia dan Belanda.
Perundingan ini membahas pembatalan uni dan masuknya Irian Barat ke wilayah
NKRI, namun gagal.
4. Pada
bulan September 1952, Indonesia mengirim nota politik tentang perundingan
Indonesia Belanda mengenai Irian Barat, namun gagal
B.
Perjuangan
Diplomasi (tingkat internasional)
1. Dalam
Konferensi Colombo bulan April 1954, Indonesia
memajukan masalah Irian Barat. Indonesia berhasil
mendapat dukungan.
2. Pada
tahun 1954 Indonesia mengajukan masalah
Irian Barat dalam sidang PBB. Namun
mengalami kegagalan karena tidak memperoleh
dukungan yang kuat (tidak mencapai 2/3 anggota yang hadir)
3. Dalam
KAA tanggal 18-24 April tahun 1955
Indonesia mendapat dukungan dalam masalah Irian Barat.
4. Tahun 1957 dalam sidang ke-12 Majelis Umum PBB, masalah Irian Barat kembali
diperbincangkan tetapi tidak mendapat hasil, bahkan Belanda sudah tidak mau
lagi membicarakannya. Mayoritas anggota PBB saat itu mendukung Belanda
disebabkan terjadinya persaingan antara Blok Barat dan Blok timur. Saat itu
mentri luar negeri Indonesia menyatakan bahawa mengenai Irian Barat Indonesia
akan menempuh cara lain setelah cara diplomasi tidak berhasil.
3.
PERJUANGAN DENGAN KONFRONTASI POLITIK DAN EKONOMI DALAM
UPAYA MENGEMBALIKAN IRIAN BARAT
A.
Konfrontasi Politik
Pada tanggal 7 Januari 1956,
Indonesia mengirim misi Anak Agung Gede Agung untuk merundingkan masalah
Finansial Ekonomi dengan Belanda di Jeneva. Persetujuan ini di tolak Belanda. Maka
pada tanggal 13 Februari 1956 Kabinet Burhanudin Harahap terpaksa melaksanakan
pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak.
Pada masa Kabinet Ali
Sastroamidjojo II (3 Mei 1956), Indonesia membatalkan seluruh persetujuan yang
termuat dalam KMB. Dengan demikian hubungan Indonesia-Belanda dalam KMB juga
dibatalkan. Pembatalan hubungan ini dipertegas dalam UU No 13 Th 1956 yang
menetapkan bahwa hubungan antara Indonesia dan Belanda adalah hubungan yang
lazim antara dua negara yang berdaulat penuh berdasarkan hukum internasional.
Tanggal 17 Agustus 1956 (HUT RI
ke-11), pemerintah Indonesia membentuk provinsi irian barat dengan Ibukotanya
Soa Siu. Gubernurnya adalah Zainal Abidin Syah (Sultan Tidore). Wilayahnya
meliputi : Tidore, Oba, Patan, dan Wasile (Maluku Utara).
Tanggal 17 Agustus 1960,
Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda. Selanjutnya pemerintah
Indonesia memulangkan warga Belanda yang bekerja di Indonesia.
B.
Konfrontasi Ekonomi
·
Tanggal 18 Nopember
1957, diadakan rapat umum di Jakarta, kemudian dilanjutkan dengan aksi mogok
para buruh yang bekerja pada perusahaan Belanda tanggal 2 desember 1957.
·
Pelarangan maskapai
penerbangan Belanda (KLM) untuk terbang dan mendarat di wilayah Indonesia.
·
Bank escompto
diambil alih oleh RI tanggal 9 desember 1957.
·
Pengambilalihan
Nederlandsche Handel Maatscappij N.V. menjadi Bank Dagang Negara.
·
Pengambilalihan
percetakan De Unie.
·
Pelarangan
beredarnya terbitan dan film berbahasa Belanda.
·
Memutuskan kegiatan
perwakilan konsuler Belanda (5 Desember 1957)
Karena lebih dari 700 perusahaan yang
dinasionalisasi oleh RI, maka untuk
mengatur nasionalisasi tersebut pemerintah mengeluarkan PP no 23 th 1958.
4.
KONFRONTASI MILITER : PELAKSANAAN TRI KOMANDO
RAKYAT (TRIKORA) UNTUK MEREBUT IRIAN BARAT
A.
Latar Belakang Terjadinya Konfrontasi Militer
Sidang Majelis Umum PBB tahun
1961 kembali membicarakan masalah Irian Barat. Saat itu Sekretaris Jendral PBB,
U Thant menganjurkan kepada seorang diplomat Amerika, Ellsworht Bunker untuk mengajukan usu. Bunker
mengusulkan : agar pihak Belanda menyerahkan Irian kepada Indonesia dan penyerahan
itu dilakukan melalui PBB dalam jangka waktu 2 tahun.
Pemerintah RI
setuju asal waktu 2 tahun dapat dipersingkat. Sebaliknya pihak Belanda akan
melepas Irian dengan membentuk dahulu perwalian di bawah PBB untuk kemudian
membentuk Negara Papua.
Sikap Belanda
tersebut membuat Indonesia untuk mengadakan perjuangan bersenjata (konfrontasi
militer) dalam merebut Irian Barat.
Untuk menghadapi tindakan
Indonesia, Belanda membentuk Dewan Papua (April 1961) yang akan
menyelenggarakan penentuan nasib sendiri bagi rakyat Irian Barat, dan tanpa
persetujuan PBB, Belanda Negara Boneka : Negara Papua.
Selanjutnya Belanda mengirimkan
kapal perangnya ke Irian yaitu Kapal Induk Kareel Doorman. Bahkan Belanda
memperkuat angkatan darat dan udara di Irian barat.
B.
Proses Menuju Konfrontasi Militer
Pada bulan Desember 1960,
Indonesia mengirimkan misi pertama ke Moskow, Uni Sovyet untuk membeli senjata
yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional/Kasad : Jend. A.H. Nasution. Misi
kedua dan ketiga juga dilakukan untuk penyempurnaan dan tambahan senjata.
Pada tanggal 19 Desember
1961, Presiden Soekarno mengucapkan TRIKORA di Yogyakarta yang isinya:
1. Gagalkan pembentukan negara boneka papua buatan Belanda
2. Kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air
Indonesia
3. Bersiaplah untuk mobilisasi Umum guna mempertahankan
kemerdekaan dan kesatuan tanah air Indonesia.
Sebagai
realisasi TRIKORA, pemerintah membentuk :
1. Komando
Operasi Militer yang bernama Komando Mandala tanggal 2 Januari 1962.
Komandannya adalah Mayjen Soeharto.
2. Membentuk
Provinsi Irian Barat gaya baru dengan ibukota Kota Baru.
Tugas Komando
Mandala :
1.
Merencanakan,
mempersiapkan dan menyelenggarakan operasi militer untuk mengembalikan Irian
Barat ke wilayan NKRI.
2.
Mengembangkan
situasi militer di Irian Barat sesuai dengan taraf perjuangan diplomasi dan
dalam waktu singkat agar di Irian Barat diciptakan secara de facto daerah bebas
atau didudukan unsur kekuasaan RI.
Komando Mandala memiliki rencana untuk
melakukan tugasnya dalam tiga tahap : fase
infiltrasi, fase eksploitasi dan fase konsolidasi.
Sebelum dapat menjalankan
rencananya, tanggal 15 januari 1962, terjadi pertempuran di Laur Aru, antara 3
Kapal RI Motor Torpedo Boat (MTB) melawan kapal perusak Belanda. Dalam
pertempuran itu menewaskan Komodor Laksamana Yos Sudarso dan Kapten Wiratno
yang tenggelam bersama MTB Macan Tutul.
Peristiwa itu mempercepat
pelaksanaan rencana komando mandala. Maka tahap infiltrasi dimulai sejak bulan
Maret hingga Agustus 1962. Dalam fase ini, tujuannya untuk membentuk daerah
bebas secara de facto, dan berhasil mendaratkan pasukan ABRI dan sukarelawan ke
Irian Barat. Seorang sukarelawati yang berjasa dalam operasi ini bernama
Herlina yang diberi hadiah Pending emas oleh pemerintah oleh sebab itu dijuluki
: Herlina si Pending emas.
Tahap eksploitasi yang rencananya
akan dilaksanakan tahun 1963 untuk merebut markas Belanda, dan tahap
konsolidasi yang akan dilaksanakan tahun 1964 untuk meletakan kekuasaan RI,
tidak jadi dilaksanakan, sebab Belanda mendapat tekanan dari Amerika untuk berunding,
agar mencegah keterlibatan AS dan Uni Sovyet dalam sengketa RI dan Belanda
sehingga pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani persetujuan antara RI dan
Belanda di New York (markas PBB) yang terkenal dengan perjanjian New York.
5.
PERSETUJUAN NEW YORK DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PENYELESAIAN MASALAH IRIAN BARAT
Konfrontasi militer indonesia telah menuai tanggapan dari
dunia internasional. Tanggapan tersebut antara lain:
A.
Ellsworth Bunker
Pada bulan Maret 1962, Bunker mngusulkan :
1. Irian barat harus diserahkan kepada Indonesia
2. Rakyat irian barat diberi kesempatan untuk menentukan
pendapatnya untuk tetap dalam RI atau memisahkan diri
3. Penyerahan irian barat akan selesai dalam waktu dua tahun
4. Akan diadakan masa peralihan di bawah perwakilan PBB
selama satu tahun untuk memulangkan seluruh militer dan pegawai belanda.
B.
Presiden Amerika : John F. Kennedy
AS mendesak Belanda untuk
menerima usul Bunker,
agar mencegah keterlibatan AS (Blok Barat) dan
Uni Sovyet (Blok Timur) dalam
sengketa RI dan Belanda.
Persetujuan
New York ditandatangani oleh Menlu RI Subandrio dan Van Royen dan Schuman yang
mewakili Belanda tanggal 15 Agustus 1962.
Isinya antara lain :
1.
Penghentian permusuhan.
2.
Setelah persetujuan disahkan, paling
lambat 1 Oktober 1962 UNTEA menerima Irian Barat dari Belanda. Sejak saat itu, bendera Belanda diturunkan dan diganti
dengan bendera PBB
3. Pasukan
Indonesia tetap tinggal di Irian Barat yang
berstatus di bawah UNTEA (United Nation
Temporary Executive Authority)
4.
Angkatan Perang Belanda dan pegawai
sipilnya berangsur-angsur dipulangkan dan harus
selesai paling lambat 11 Mei 1963.
5.
Bendera Indonesia mulai berkibar 31
Desember 1962 di samping bendera PBB.
6.
Pemerintah RI menerima pemerintahan di
Irian Barat pada tanggal 1 Mei 1963.
7.
Pada tahun 1969 diadakan Penentuan
Pendapat Rakyat (Pepera).
Sebagai
tindak lanjut dari Persetujuan New York, Sekjen PBB menunjuk Rolsz Bennet dari
Guatemala sebagai Gubernur UNTEA (pemerintahan sementara PBB) merangkap wakil
Sekjen PBB di Irian Barat.
6.
ARTI
PENTING PENENTUAN PENDAPAT RAKYAT (PEPERA) IRIAN BARAT
Pepera dilakukan melalui 3 tahap :
a. 24 Maret 1969 : dilakukan konsultasi dengan Dewan Kabupaten di kota
Jayapura mengenai tata cara pepera
b. Juni 1969 : dilakukan pemilihan dewan musyawarah pepera
c. 14 juli 1969 : dilaksanakan pepera.
Pepera
dilaksanakan mulai tanggal 14 Juli 1969 sampai 4 Agustus 1969. Hasilnya adalah
: irian barat ingin bergabung dengan NKRI. Hasil ini dibawa oleh utusan SekJen
PBB : Ortis Sanz ke Sidang Umum PBB ke 24 bulan November 1969, sidang tersebut
menerima hasil pepera sesuai dengan persetujuan New York.
Penyelesaian
sengketa masalah Irian Barat antara Indonesia dengan Belanda melalui Persetujan
New York dan dilanjutkan dengan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) merupakan cara yang adil. Dalam persoalan Pepera
(Penentuan Pendapat Rakyat = plebisit) menurut Persetujuan New York, pihak
Belanda juga menunjukkan sikapnya yang baik. Kedua belah pihak menghormati
hasil dari pendapat rakyat Irian Barat dalam menentukan pilihannya.
Daftar Pustaka
Notosusanto, N. dan Marwati D. Poesponegoro.1984.Sejarah Nasional Indonesia (jilid VI).Jakarta: Balai Pustaka
Fattah, Sanusi...[et.al].2008.Ilmu Pengetahuan Sosial : untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE).Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Sukmayani,Ratna...[et.al].2008.Ilmu Pengetahuan Sosial 3: untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE).Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Sutarto, Sunardi...[et.al].2008.IPS 3: untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE).Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tim Penyusun Campaka Putih.2004. Sejarah Untuk Kelas 3 SMP. Jakarta : Campaka Putih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar